1. Baak Gunadarma Online
http://www.baak.gunadarma.ac.id/
2. Studentsite
http://studentsite.gunadarma.ac.id/login.php
3. Virtual Class
http://v-class.gunadarma.ac.id/login/index.php
4. UG Warta warga
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/
5. UG Community
http://www.community.gunadarma.ac.id/
6. E-learning
http://www.elearning.gunadarma.ac.id/
7. SAP Gunadarma Online
http://www.sap.gunadarma.ac.id/
8. UG Helpdesk
http://helpdesk.gunadarma.ac.id/v3/
9. UG Career center
http://career.gunadarma.ac.id/
10. Perpustakaan Gunadarma
http://www.library.gunadarma.ac.id/
11. UG Program pasca sarjana
http://www.pasca.gunadarma.ac.id/
12. Staffsite Gunadarma
http://staffsite.gunadarma.ac.id/
13. Chess Pedia
http://www.chess.gunadarma.ac.id/
14. Bapsi
http://bapsi.gunadarma.ac.id/
15. UG E-Journal
http://ejournal.gunadarma.ac.id/
16. UG Forge
http://ugforge.gunadarma.ac.id/web/guest/home
17. UG News
http://ugnews.gunadarma.ac.id/
18. Seminar
http://www.seminar.gunadarma.ac.id/
19. Gunadarma Site
http://www.gunadarma.ac.id/
FUNGSI MANAJEMEN
Fungsi Manajemen : Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan, Pengendalian - Belajar di Internet Ilmu Teori Ekonomi Manajemen
Wed, 30/08/2006 - 1:36pm — godam64
Dalam Manajemen terdapat fungsi-fungsi manajemen yang terkait
erat di dalamnya. Pada umumnya ada empat (4) fungsi manajemen yang
banyak dikenal masyarakat yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi
pengorganisasian (organizing), fungsi pengarahan (directing) dan fungsi
pengendalian (controlling). Untuk fungsi pengorganisasian terdapat pula
fungsi staffing (pembentukan staf). Para manajer dalam organisasi
perusahaan bisnis diharapkan mampu menguasai semua fungsi manajemen yang
ada untuk mendapatkan hasil manajemen yang maksimal.
Di bawah ini akan dijelaskan arti definisi atau pengertian masing-masing fungsi manajemen - POLC :
1. Fungsi Perencanaan / Planning
Fungsi perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan perusahaan dan
diikuti dengan membuat berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan tersebut.
2. Fungsi Pengorganisasian / Organizing
Fungsi perngorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber
daya manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk
menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan
perusahaan.
3. Fungsi Pengarahan / Directing / Leading
Fungsi pengarahan adalah suatu fungsi kepemimpinan manajer untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja secara maksimal serta
menciptakan lingkungan kerja yang sehat, dinamis, dan lain sebagainya.
4. Fungsi Pengendalian / Controling
Fungsi pengendalian adalah suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan
standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan
jika diperlukan.
Sumber : Organisasi. Org komunitas & perpustakaan online indonesia
Manajemen
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas
Kata
Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno
ménagement,
yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara
universal.
[2]
Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa
seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk
mencapai tujuan organisasi.
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber
daya untuk mencapai sasaran (
goals) secara efektif dan efesien.
Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan,
sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara
benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
[4]
Etimologi
Kata manajemen mungkin berasal dari
bahasa
Italia (1561)
maneggiare yang berarti "mengendalikan,"
terutamanya "mengendalikan kuda" yang berasal dari bahasa latin
manus
yang berati "tangan". Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis
manège
yang berarti "kepemilikan kuda" (yang berasal dari Bahasa Inggris yang
berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga
berasal dari bahasa Italia.
[5] Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini
dari bahasa Inggris menjadi
ménagement, yang memiliki arti
seni
melaksanakan dan mengatur.
[1]
Sejarah
Perkembangan Ilmu Manajemen
Banyak kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah manajemen. Namun
diketahui bahwa ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun yang lalu.
Hal ini dibuktikan dengan adanya
piramida
di
Mesir.
[6]
Piramida tersebut dibangun oleh lebih dari 100.000 orang selama 20
tahun. Piramida Giza tak akan berhasil dibangun jika tidak ada
seseorang—tanpa mempedulikan apa sebutan untuk manajer ketika itu—yang
merencanakan apa yang harus dilakukan, mengorganisir manusia serta bahan
bakunya, memimpin dan mengarahkan para pekerja, dan menegakkan
pengendalian tertentu guna menjamin bahwa segala sesuatunya dikerjakan
sesuai rencana.
Piramida di
Mesir.
Pembangunan piramida ini tak mungkin terlaksana tanpa adanya seseorang
yang merencanakan, mengorganisasikan dan menggerakan para pekerja, dan
mengontrol pembangunannya.
Praktik-praktik manajemen lainnya dapat disaksikan selama tahun
1400-an di kota
Venesia,
Italia,
yang ketika itu menjadi pusat perekonomian dan perdagangan di sana.
Penduduk Venesia mengembangkan bentuk awal perusahaan bisnis dan
melakukan banyak kegiatan yang lazim terjadi di organisasi modern saat
ini. Sebagai contoh, di gudang senjata Venesia, kapal perang diluncurkan
sepanjang kanal dan pada tiap-tiap perhentian, bahan baku dan tali
layar ditambahkan ke kapal tersebut. Hal ini mirip dengan model lini
perakitan (
assembly line) yang dikembangkan oleh
Hanry Ford untuk merakit mobil-mobilnya. Selain
lini perakitan tersebut, orang Venesia memiliki sistem penyimpanan dan
pergudangan untuk memantau isinya, manajemen sumber daya manusia untuk
mengelola angkatan kerja, dan sistem akuntansi untuk melacak pendapatan
dan biaya.
Daniel Wren membagi evolusi pemikiran manajemen dalam empat fase,
yaitu pemikiran awal, era manajemen sains, era manusia sosial, dan era
moderen.
[7]
Pemikiran awal
manajemen
Sebelum abad ke-20, terjadi dua peristiwa penting dalam ilmu
manajemen.
[2]
Peristiwa pertama terjadi pada tahun
1776, ketika
Adam
Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik,
The Wealth of
Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan keunggulan ekonomis yang
akan diperoleh organisasi dari pembagian kerja (
division of labor),
yaitu perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan
berulang. Dengan menggunakan industri pabrik peniti sebagai contoh,
Smith mengatakan bahwa dengan sepuluh orang—masing-masing melakukan
pekerjaan khusus—perusahaan peniti dapat menghasilkan kurang lebih
48.000 peniti dalam sehari. Akan tetapi, jika setiap orang bekerja
sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan, sudah sangat hebat
bila mereka mampu menghasilkan sepuluh peniti sehari. Smith menyimpulkan
bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan produktivitas dengan (1)
meningkatnya keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja, (2) menghemat
waktu yang terbuang dalam pergantian tugas, dan (3) menciptakan mesin
dan penemuan lain yang dapat menghemat tenaga kerja.
[8]
Peristiwa penting kedua yang mempengaruhi perkembangan ilmu manajemen
adalah
Revolusi Industri di
Inggris.
Revolusi Industri menandai dimulainya penggunaan mesin, menggantikan
tenaga manusia, yang berakibat pada pindahnya kegiatan produksi dari
rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut pabrik. Perpindahan ini
mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan teori yang dapat
membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan cukupnya persediaan
bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan
sehari-hari, dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan
oleh para ahli.
Era manajemen ilmiah
Frederick Winslow Taylor.
Era ini ditandai dengan berkembangan perkembangan ilmu manajemen dari
kalangan insinyur—seperti
Henry Towne,
Frederick Winslow Taylor,
Frederick
A. Halsey, dan
Harrington
Emerson[9]
Manajemen ilmiah, atau dalam bahasa Inggris disebut scientific
management, dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya
yang berjudul Principles of Scientific Management pada tahun
1911. Dalam
bukunya itu, Taylor mendeskripsikan manajemen ilmiah adalah "penggunaan
metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan." Beberapa penulis seperti Stephen Robbins menganggap tahun
terbitnya buku ini sebagai tahun lahirya teori manajemen modern.
[2]
Henry Gantt yang pernah bekerja bersama Taylor di Midvale
Steel Company menggagas ide bahwa seharusnya seorang mampu mandor
memberi pendidikan kepada karyawannya untuk bersifat rajin (
industrious
) dan kooperatif. Ia juga mendesain sebuah grafik untuk membantu
manajemen yang disebut sebagai
Gantt chart
yang digunakan untuk merancang dan mengontrol pekerjaan.
Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan
suami-istri
Frank
dan
Lillian Gilbreth.
Keluarga Gilbreth berhasil menciptakan
micromotion yang dapat
mencatat setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu
yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan tersebut.
[9]
Era ini juga ditandai dengan hadirnya teori administratif, yaitu
teori mengenai apa yang dilakukan oleh para manajer dan bagaimana cara
membentuk praktik manajemen yang baik.
[9]
Pada awal abad ke-20, seorang industriawan
Perancis
bernama
Henry Fayol mengajukan gagasan lima
fungsi utama manajemen: merancang, mengorganisasi, memerintah,
mengoordinasi, dan mengendalikan.
[10]
Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan sebagai kerangka kerja buku
ajar ilmu manajemen pada pertengahan tahun
1950, dan
terus berlangsung hingga sekarang.
[2]
Selain itu, Henry Fayol juga mengagas
14 prinsip manajemen yang merupakan dasar-dasar dan nilai
yang menjadi inti dari keberhasilan sebuah manajemen.
Sumbangan penting lainnya datang dari
ahli
sosilogi Jerman Max Weber. Weber menggambarkan suatu tipe ideal
organisasi yang disebut sebagai
birokrasi—bentuk organisasi yang
dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikan dengan
jelas, peraturan dan ketetapan yang rinci, dan sejumlah hubungan yang
impersonal. Namun, Weber menyadari bahwa bentuk "birokrasi yang ideal"
itu tidak ada dalam realita. Dia menggambarkan tipe organisasi tersebut
dengan maksud menjadikannya sebagai landasan untuk berteori tentang
bagaimana pekerjaan dapat dilakukan dalam kelompok besar. Teorinya
tersebut menjadi contoh desain struktural bagi banyak organisasi besar
sekarang ini.
[2]
Perkembangan selanjutnya terjadi pada tahun
1940-an
ketika
Patrick
Blackett melahirkan ilmu
riset
operasi, yang merupakan kombinasi dari teori statistika dengan
teori
mikroekonomi. Riset
operasi, sering dikenal dengan "Sains Manajemen", mencoba pendekatan
sains untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang
logistik
dan operasi. Pada tahun
1946,
Peter F. Drucker—sering disebut sebagai
Bapak Ilmu Manajemen—menerbitkan salah satu buku paling awal tentang
manajemen terapan: "Konsep Korporasi" (
Concept of the Corporation).
Buku ini muncul atas ide
Alfred Sloan
(chairman dari
General Motors) yang menugaskan penelitian
tentang
organisasi.
[11]
Era manusia sosial
Era manusia sosial ditandai dengan lahirnya mahzab perilaku (
behavioral
school) dalam pemikiran manajemen di akhir era manajemen ilmiah.
Mahzab perilaku tidak mendapatkan pengakuan luas sampai tahun 1930-an.
Katalis utama dari kelahiran mahzab perilaku adalah serangkaian studi
penelitian yang dikenal sebagai
eksperimen
Hawthrone.
Eksperimen Hawthrone dilakukan pada tahun 1920-an hingga 1930-an di
Pabrik Hawthrone milik
Western Electric Company Works di Cicero, Illenois.
[2].
Kajian ini awalnya bertujuan mempelajari pengaruh berbagai macam
tingkat penerangan lampu terhadap produktivitas kerja. Hasil kajian
mengindikasikan bahwa ternyata insentif seperti jabatan, lama jam kerja,
periode istirahat, maupun upah lebih sedikit pengaruhnya terhadap
output pekerja dibandingkan dengan tekanan kelompok, penerimaan
kelompok, serta rasa aman yang menyertainya. Peneliti menyimpulkan bahwa
norma-norma sosial atau standar kelompok merupakan penentu utama
perilaku kerja individu.
[9]
Kontribusi lannya datang dari
Mary Parker Follet. Follett (1868–1933) yang
mendapatkan pendidikan di bidang filosofi dan ilmu politik menjadi
terkenal setelah menerbitkan buku berjudul
Creative Experience
pada tahun 1924.
[9]
Follet mengajukan suatu filosifi bisnis yang mengutamakan integrasi
sebagai cara untuk mengurangi konflik tanpa
kompromi atau
dominasi.
Follet juga percaya bahwa tugas seorang pemimpin adalah untuk
menentukan tujuan organisasi dan mengintegrasikannya dengan tujuan
individu dan tujuan kelompok. Dengan kata lain, ia berpikir bahwa
organisasi harus didasarkan pada etika kelompok daripada individualisme.
Dengan demikian, manajer dan karyawan seharusnya memandang diri mereka
sebagai mitra, bukan lawan.
Pada tahun 1938, Chester Barnard (1886–1961) menulis buku berjudul
The
Functions of the Executive yang menggambarkan sebuah teori
organisasi dalam rangka untuk merangsang orang lain memeriksa sifat
sistem koperasi. Melihat perbedaan antara motif pribadi dan organisasi,
Barnard menjelaskan dikotonomi "efektif-efisien".
Menurut Barnard, efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan, dan
efisiensi adalah sejauh mana motif-motif individu dapat terpuaskan. Dia
memandang organisasi formal sebagai sistem terpadu di mana kerjasama,
tujuan bersama, dan komunikasi merupakan elemen universal, sementara
pada organisasi informal, komunikasi, kekompakan, dan pemeliharaan
perasaan harga diri lebih diutamakan. Barnard juga mengembangkan teori
"penerimaan otoritas" didasarkan pada gagasan bahwa bos hanya memiliki
kewenangan jika bawahan menerima otoritas itu.
Era moderen
Era moderen ditandai dengan hadirnya konsep
manajemen kualitas total (
total
quality management—TQM) di abad ke-20 yang diperkenalkan oleh
beberapa guru manajemen, yang paling terkenal di antaranya W. Edwards
Deming (1900–1993) and Joseph Juran (lahir 1904).
Deming, orang
Amerika, dianggap sebagai Bapak
Kontrol
Kualitas di Jepang.
[9]
Deming berpendapat bahwa kebanyakan permasalahan dalam kualitas bukan
berasal dari kesalahan pekerja, melainkan sistemnya. Ia menekankan
pentingnya meningatkan kualitas dengan mengajukan teori lima langkah
reaksi berantai. Ia berpendapat bila kualitas dapat ditingkatkan, (1)
biaya akan berkurang karena berkurangnya biaya perbaikan, sedikitnya
kesalahan, minimnya penundaan, dan pemanfaatan yang lebih baik atas
waktu dan material; (2) produktivitas meningkat; (3) market share
meningkat karena peningkatan kualitas dan harga; (4) profitabilitas
perusahaan peningkat sehingga dapat bertahan dalam bisnis; (5) jumlah
pekerjaan meningkat. Deming mengembangkan 14 poin rencana untuk
meringkas pengajarannya tentang peningkatan kualitas.
Kontribusi kedua datang dari Joseph Juran.
[9]
Ia menyatakan bahwa 80 persen cacat disebabkan karena faktor-faktor
yang sebenarnya dapat dikontrol oleh manajemen. Ia merujuk pada "
prinsip pareto." Dari teorinya, ia
mengembangkan trilogi manajemen yang memasukkan perencanaan, kontrol,
dan peningkatan kualitas. Juran mengusulkan manajemen untuk memilih satu
area yang mengalami kontrol kualitas yang buruk. Area tersebut kemudian
dianalisis, kemudian dibuat solusi, dan diimplementasikan.
Teori manajemen
Manajemen ilmiah
Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan
suami-istri
Frank dan
Lillian Gilbreth. Keluarga Gilbreth
berhasil menciptakan micromotion yang dapat mencatat setiap gerakan yang
dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk
melakukan setiap gerakan tersebut. Gerakan yang sia-sia yang luput dari
pengamatan mata telanjang dapat diidentifikasi dengan alat ini, untuk
kemudian dihilangkan. Keluarga Gilbreth juga menyusun skema klasifikasi
untuk memberi nama tujuh belas gerakan tangan dasar (seperti mencari,
menggenggam, memegang) yang mereka sebut
Therbligs (dari nama
keluarga mereka, Gilbreth, yang dieja terbalik dengan huruf
th
tetap). Skema tersebut memungkinkan keluarga Gilbreth menganalisis cara
yang lebih tepat dari unsur-unsur setiap gerakan tangan pekerja.
Skema itu mereka dapatkan dari pengamatan mereka terhadap cara
penyusunan batu bata. Sebelumnya, Frank yang bekerja sebagai kontraktor
bangunan menemukan bahwa seorang pekerja melakukan 18 gerakan untuk
memasang batu bata untuk eksterior dan 18 gerakan juga untuk interior.
Melalui penelitian, ia menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak perlu
sehingga gerakan yang diperlukan untuk memasang batu bata eksterior
berkurang dari 18 gerakan menjadi 5 gerakan. Sementara untuk batu bata
interior, ia mengurangi secara drastis dari 18 gerakan hingga menjadi 2
gerakan saja. Dengan menggunakan teknik-teknik Gilbreth, tukang baku
dapat lebih produktif dan berkurang kelelahannya di penghujung hari.
[rujukan?]
Pendekatan kuantitatif
Pendekatan kuantitatif adalah penggunaan sejumlah teknik
kuantitatif—seperti
statistik,
model
optimasi,
model
informasi, atau
simulasi
komputer—untuk membantu manajemen dalam mengambil keputusan.
Sebagai contoh, pemrograman linear digunakan para manajer untuk membantu
mengambil kebijakan pengalokasian sumber daya;
analisis jalur kritis (
Critical
Path Analysis) dapat digunakan untuk membuat penjadwalan kerja yang
lebih efesien; model kuantitas pesanan ekonomi (
economic order
quantity model) membantu manajer menentukan tingkat persediaan
optimum; dan lain-lain.
Pengembangan kuantitatif muncul dari pengembangan solusi matematika
dan statistik terhadap masalah militer selama
Perang Dunia II. Setelah perang berakhir, teknik-teknik
matematika dan statistika yang digunakan untuk memecahkan
persoalan-persoalan militer itu diterapkan di sektor bisnis. Pelopornya
adalah sekelompok perwira militer yang dijuluki "
Whiz
Kids". Para perwira yang bergabung dengan
Ford Motor Company pada pertengahan 1940-an ini
menggunakan metode statistik dan model kuantitatif untuk memperbaiki
pengambilan keputusan di Ford.
Fungsi manajemen
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan
melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer
dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.
Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis
Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20.
Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang,
mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat
ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi tiga
yaitu:
- Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan
dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk
menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk
memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif
sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang
dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan.
Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen
karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
- Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan
membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil.
Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan
menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang
telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara
menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus
mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang
bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan
harus diambil.
- Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk
mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran
sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha
Sarana manajemen
Man dan
machine, dua sarana manajemen.
Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat
sarana (
tools).
Tools merupakan syarat suatu usaha untuk
mencapai hasil yang ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu
men,
money, materials, machines, method, dan markets.
Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh
organisasi. Dalam manajemen, faktor
manusia
adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia
pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia
tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk
kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang
berkerja sama untuk mencapai tujuan.
Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat
diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai.
Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar
dalam
perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (
tools)
yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus
diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa
uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat
yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai
dari suatu organisasi.
Material terdiri dari bahan setengah jadi (
raw material)
dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik,
selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan
bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia
tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang
dikehendaki.
Machine atau
Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau
menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi
kerja.
Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya
pekerjaan manajer. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara
pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai
pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang
tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu
diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak
mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan
memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap
manusianya sendiri.
Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi
menyebarluaskan (memasarkan) produknya. Memasarkan produk sudah barang
tentu sangat penting sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka
proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan
berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan
pasar dalam
arti menyebarkan
hasil produksi merupakan faktor menentukan dalam
perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang
harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen.
Prinsip manajemen
Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa
perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan
situasi-situasi yang berubah.
Menurut
Henry Fayol, seorang pencetus teori
manajemen yang berasal dari Perancis, prinsip-prinsip umum manajemen ini
terdiri dari
- Pembagian kerja (Division of work)
- Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)
- Disiplin (Discipline)
- Kesatuan perintah (Unity of command)
- Kesatuan pengarahan (Unity of direction)
- Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
- Penggajian pegawai
- Pemusatan (Centralization)
- Hirarki (tingkatan)
- Ketertiban (Order)
- Keadilan dan kejujuran
- Stabilitas kondisi karyawan
- Prakarsa (Inisiative)
- Semangat kesatuan, semangat korps
Manajer
Manajer adalah seseorang yang bekerja melalui orang lain dengan
mengoordinasikan kegiatan-kegiatan mereka guna mencapai sasaran
organisasi.
Tingkatan manajer
Piramida jumlah karyawan pada organisasi dengan struktur tradisional,
berdasarkan tingkatannya.
Pada organisasi berstruktur tradisional, manajer sering dikelompokan
menjadi manajer puncak, manajer tingkat menengah, dan manajer lini
pertama (biasanya digambarkan dengan bentuk piramida, di mana jumlah
karyawan lebih besar di bagian bawah daripada di puncak).
Manejemen lini pertama (
first-line management), dikenal pula
dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan
paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan
non-manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering
disebut penyelia (
supervisor), manajer
shift, manajer
area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (
foreman).
Manajemen tingkat menengah (
middle management) mencakup semua
manajemen yang berada di antara manajer lini pertama dan manajemen
puncak dan bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang
termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin proyek,
manajer pabrik, atau manajer divisi.
Manajemen puncak (
top management), dikenal pula dengan istilah
executive officer, bertugas merencanakan kegiatan dan strategi
perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh
top
manajemen adalah CEO (
Chief Executive Officer), CIO (
Chief
Information Officer), dan CFO (
Chief Financial Officer).
Meskipun demikian, tidak semua organisasi dapat menyelesaikan
pekerjaannya dengan menggunakan bentuk piramida tradisional ini.
Misalnya pada organisasi yang lebih fleksibel dan sederhana, dengan
pekerjaan yang dilakukan oleh tim karyawan yang selalu berubah,
berpindah dari satu proyek ke proyek lainnya sesuai dengan dengan
permintaan pekerjaan.
Peran manajer
Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen,
mengemukakan bahwa ada sepuluh peran yang dimainkan oleh manajer di
tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam
tiga kelompok
[12].
yang pertama adalah peran antar pribadi, yaitu melibatkan orang dan
kewajiban lain, yang bersifat seremonial dan simbolis. Peran ini
meliputi peran sebagai figur untuk anak buah, pemimpin, dan penghubung.
Yang kedua adalah peran informasional, meliputi peran manajer sebagai
pemantau dan penyebar informasi, serta peran sebagai juru bicara. Yang
ketiga adalah peran pengambilan keputusan, meliputi peran sebagai
seorang wirausahawan, pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan
perunding.
Mintzberg kemudian menyimpulkan bahwa secara garis besar, aktivitas
yang dilakukan oleh manajer adalah berinteraksi dengan orang lain.
[12]
Keterampilan manajer
Gambar ini menunjukan keterampilan yang dibutuhkan manajer pada setiap
tingkatannya.
Robert L.
Katz pada tahun
1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer
membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar.
[13]
Ketiga keterampilan tersebut adalah:
- Keterampilan konseptual (conceptional skill)
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan
untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi.
Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan
menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya
itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu
biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning.
Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan
untuk membuat rencana kerja.
- Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)
Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan
keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang
lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang
persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang
dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan
akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap
terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada
tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.
- Keterampilan teknis (technical skill)
Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat
yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk
menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program
komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
Selain tiga keterampilan dasar di atas,
Ricky W.
Griffin menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki
manajer, yaitu:
[4]
- Keterampilan manajemen waktu
Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk
menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Griffin mengajukan
contoh kasus Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004, sebagai
manajer, Frankfort digaji $2.000.000 per tahun. Jika diasumsikan bahwa
ia bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2 minggu, maka
gaji Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—sekitar $13 per menit.
Dari sana dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat
merugikan perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki gaji yang
jauh lebih kecil dari Frankfort. Namun demikian, waktu yang mereka
miliki tetap merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya berarti
membuang-buang uang dan mengurangi produktivitas perusahaan.
- Keterampilan membuat keputusan
Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara
terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang
paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top
manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan
keputusan. Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan
mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya.
Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih
sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer
harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi
dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.
Etika manajerial
Etika manajerial adalah standar prilaku yang memandu manajer dalam
pekerjaan mereka. Ada tiga kategori klasifikasi menurut Ricky W.
Griffin:
[4]
- Perilaku terhadap karyawan
- Perilaku terhadap organisasi
- Perilaku terhadap agen ekonomi lainnya
Bidang manajemen
Referensi
- ^ a
b
Oxford English Dictionary
- ^ a
b
c
d
e
f
Robbins, Stephen dan Mary coulter. 2007. Management, 8th Edition. NJ:
Prentice Hall.
- ^
Vocational Business: Training, Developing and Motivating People by
Richard Barrett - Business & Economics - 2003. - Page 51.
- ^ a
b
c
Griffin, R. 2006. Business, 8th Edition. NJ: Prentice Hall.
- ^ (en) Online Etymology: Manage
- ^ C.S.
George Jr. 1972. The History or Management Thought, ed. 2nd.
Upper Saddle River, NJ. Prentice Hall. h.4
- ^
(en) Wren, Daniel dan Arthur Bedeian. 2009. The
Evolution of Management Thought
- ^
Smith, Adam. 1776. An Inquiry into the Nature and Causes of the
Wealth of Nations.
- ^
Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama pioneers
- ^
Fayol, Henry. 1949. Administration, industrielle et generale.
- ^
Drucker, Peter. 1946. Concept of Corporation. John Day Company.
- ^ a
b
Mintzberg 1973. The Nature of Managerial Work
- ^
Robert L. Katz. Skills of an Effective Administrator.